BANJARMASIN, wasaka.id – KPU dan Bawaslu Kalsel terus melakukan sosialisasi dalam upaya melawan penyebaran hoaks terkait pelaksanaan Pemilihan umum tahun 2024.
Pemahaman politik guna menghindari penyebaran hoaks yang diberikan KPU dan Bawaslu Kalsel menyasar pada pemilih pemula yang akan menggunakan hak suaranya pada Pemilu 2024 mendatang.
Sosialisasi yang bertajuk Gerakan Cerdas Memilih tersebut dilaksanakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, KPU dan Badan Bawaslu Kalsel, menggandeng pengamat atau akademisi pendidikan.
Ketua KPU Kalsel, Andi Tenri Sompa, meminta agar para pemilih pemula tidak mudah terpancing atau terprovokasi dengan maraknya unggahan yang berisi hoaks.
“Pemilih pemula mesti cerdas dan kritis melihat informasi,” ujarnya.
Ia juga meminta agar pemilih pemula bisa mengidentifikasi informasi yang beredar, dan jangan enggan untuk melalukan pengecekan, dari mana datangnya informasi yang beredar itu.
“Kalau arah judulnya menghasut atau menjelekkan, itu sudah ada indikasi hoaks. Kalau ada hal seperti itu, mereka harus menyaring informasi itu,” pesannya.
“Apakah berasal dari situs yang resmi atau tidak. Apakah berasal dari akun bodong yang digunakan oknum atau orang-orang tertentu, untuk menyebarkan hoaks,” tambahnya.
Terlebih menurutnya saat ini unggahan berisikan hoaks sangat berpengaruh pada pemilih pemula. Unggahan tersebut dikhawatirkan bisa mencuci otak pemilih pemula.
Pasalnya apabila diverifikasi dengan benar, saat ini jumlah pengguna internet secara nasional lebih besar dibandingkan dengan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) di Indonesia.
“Ada 204,8 juta pemilih. Sedangkan menurut survei, pengguna internet di Indonesia ada sebanyak 215,63 juta,” tekannya.
“Kami menginginkan para pemilih, bisa mengetahui calon yang mereka pilih sudah tepat. Bukan dipengaruhi oleh kampanye hitam atau informasi bohong,” sambungnya.
Sementara itu, pengamat pendidikan Reja Pahlevi mengatakan, keseharian pemilih pemula erat kaitannya dengan penggunaan gadget.
“Banjir informasi itu di gadget,” ujarnya.
Pasalnya pemilih pemula, kerap menjadi sasaran berita hoaks, hingga informasi berisi ujaran kebencian. Salah satu faktor, lantaran pemilih pemula tidak memiliki wawasan politik yang cukup.
“Ini yang sangat patut diwasapadai. Kami di akademisi tentunya di perkuliahan, juga menyarankan bagaimana cara menelaah sebuah pemberitaan,” tekannya.
“Informasi hoaks hingga ujaran kebencian, membentuk mindset yang buruk atau tidak benar,” imbuhnya.(yud)