PARINGIN, wasaka.id – DPRD Balangan menggelar rapat paripurna dengan agenda Persetujuan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pelestarian Kebudayaan Balangan, Senin (6/5).
Pada kesempatan itu Bupati Balangan, H Abdul Hadi melalui Asisten I bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra), H Gajali Al Fatah memberikan sambutan.
Dalam sambutannya, Bupati Balangan mengatakan bahwa pada era globalisasi merupakan jaman di mana semua kebudayaan saling berinteraksi dengan saling melebur.
Menurutnya, tingkat meleburnya suatu kebudayaan itu sendiri, tergantung seberapa kuat kebudayaan itu dan sangat tergantung oleh masyarakat selaku pemilik dan pendukung kebudayaan itu sendiri.
“Kalau kita mau mencintai, menggunakan, mempertahankan dan melestarikan kebudayaan kita, maka kebudayaan kita akan bertahan dari gempuran arus globalisasi,” katanya.
Baca Juga : Pemkab dan DPRD Balangan Setujui Raperda Tentang Pelestarian Kebudayaan
Sebaliknya, jika menyerah untuk kebudayaan itu dan mengikuti arus, maka akan mengadopsi kebudayaan lain dan kebudayaan milik sendiri akan lenyap karena tidak ada lagi yang melestarikannya.
“Sepenuhnya tergantung kita, apakah kita akan bertahan atau membiarkan identitas budaya dan jati diri kita hilang tergantikan oleh jati diri baru yang kita adopsi dari luar,” ujar Bupati.
Meskipun Raperda tentang Pelestarian Kebudayaan Balangan yang disetujui ini tidak masuk dalam skala globalisasi, Abdul Hadi mengajak masyarakat Balangan untuk berpikir luas.
“Raperda ini mungkin sangat terbatas pengertian dan cakupannya, tetapi tetap saja kita berpikirnya harus luas. Kita harus berpikir global, meskipun tindakan kita lokal,” kata Abdul Hadi.
Menurutnya, dengan berpikir global sangat penting agar dapat memahami dunia dengan ribuan budaya yang berbeda, sehingga dapat mengambil sikap yang tepat dalam berinteraksi dengan kebudayaan lain.
Ia juga menambahkan bahwa bertindak lokal juga penting agar tidak kehilangan identitas budaya sendiri dan tidak hanya sebagai satu gelembung di samudra buih dan tidak bisa berbuat apa-apa.
“Ini adalah ikhtiar kita untuk menjaga identitas budaya Balangan, sekaligus merupakan bagian dari penyempurnaan pembangunan daerah kita,” pungkasnya.(jaw)